Situs watu Gudig ada di desa Jobohan, Dusun Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Persisnya sekitaran 4 km samping barat daya Candi Prambanan yaitu samping timur Sungai Opak atau samping barat jalan raya Prambanan dengan Piyungan.
Diberi nama Watu Gudig oleh warga di tempat karena batu-batuan candi (umpak batu) banyak lumut ddan berwarna berbintik-bintik seperti penyakit kulit (gudig). Mulai sejak itu website ini dikenali bernama Watu Gudig.
Dinas Purbakala Propinsi Yogyakarta sempat juga mendapati beberapa temuan terlepas di saat penggalian. Salah satunya ialah batu candi Padma, Umpak, Antifeks (simbar), fragem gerabah, kereweng dan tulang keramik.
Selainnya ada hal itu ada juga penemuan arca Buddha yang selanjutnya ditolong dan dibawa ke kantor Arkeologi Wilayah Spesial Yogyakarta. Disekitaran tempat situs Watu Gudig ini diketemukan drum, dongkel, botol, dan lain-lain. Berdasarkan penemuan paling akhir itu kemungkinan besar jika awalnya situs Watu Gudig sudah teraduk atau sempat dikeduk oleh faksi lain.
Yang masih ada ialah beberapa batu-batuan bundar, besar, yang menyebar sampai dikeseluruhan tempat. Batu-batuan paling besar ini memiliki diameter 75 cm, adapun yang paling kecil memiliki ukuran 53 cm.
Diprediksi situs Watu Gudig dibuat sekitaran era ke 9. Kabarnya kemungkinan besar lokasi ini ialah pendopo dengan pilar dan atap dari kayu yang sekarang ini sduah tidak ada bentuknya.dari narasi yang berkembang, tempat itu ialah sebuah pendopo besar yang dipakai oleh Prabu Ratu Boko sebagai tempat istirahat.
Situs Watugudig sebagai nama sebuah website yang ada di Desa Jobohan, Kalurahan Bokoharjo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman. Situs Watugudig ada di sekitaran pemukiman warga dan persawahan.
Website ini terdaftar dalam buku Beschrijving der Oudheden nabij de grens der residenties Soerakarta en Djogdjakarta yang keluar 1891, kreasi J.W. Ijzerman. Ijzerman tuliskan bila website ini ada di dusun namanya Batoe Goedik. Di rumpun bambu yang berada di dusun Batoe Goedik, ada beberapa sisa susunan yang diperhitungkan sebuah pendopo.
Batu-batuan itu berbaris teratur di tengah-tengah beberapa puing batu merah yang dibakar. Pada sisi tengah berada potongan tiang. Ijzerman memprediksi jika susunan pendopo dulunya sebagai ruang tertutup ini memiliki ukuran 12 mtr. kali 16 mtr.. Data ini mengatakan jika bahan penyusun bangunan ini ialah batu bata.
Ijzerman mengatakan jika sekitaran 50 mtr. samping barat laut pendopo, dekat tugu di tengah-tengah sawah ada puing-puing. Puing-puing ini kelihatannya ialah sebuah kuil kecil. Di situ ditemui arca Dhyani Buddha Amitabha tanpa kepala.
Candi Ngaglik sendiri dalam catatan Ijzerman disebut ada 100 mtr. di samping barat dari puing-puing di dusun Batoe Goedik. Candi ini ada di lapangan terbuka di utara dusun Ngaglik. Ijzerman memprediksi jika candi ini terdiri dari 2 sampai tiga bangunan, dengan arah hadap utara-selatan. Puing-puing Candi Ngaglik tidak diketemukan kembali sisa-sisanya. Dusun Ngaglik yang disebutkan dalam catatan Ijzerman juga saat ini tidak diketemukan kembali.
Hubungan lokasi penemuan ke-3 penemuan arkeologis, Candi Ngaglik, pendopo Batoe Goedik dan puing-puing kuil, munculkan sebuah interpretasi. Ijzerman memiliki pendapat jika pendopo Batoe Goedik, Candi Ngaglik dan puing-puing kuil di barat laut pendopo mempunyai jalinan dan memiliki sifat Buddhis.
Sementara catatan N.J.Chrome dalam Inleiding Tot De Hindoe-Javaansche Kunst (1920) memperjelas deskripsi yang sudah dibikin Ijzerman. Chrome memprediksi jika serakan batu bata yang berada di sekitaran candi itu mempunyai jalinan dengan susunan yang berbentuk pendopo yang ada di dusun Batoe Goedik.
Chrome membuat interpretasi jika Candi Ngaglik ialah tempat suci yang sebetulnya. Dan yang disebutkan pendopo kemungkinan sebagai tersisa dari sebuah biara berkaitan yang dibuat dari kayu dan batu bata.
Nama dusun Batoe Goedik sekarang ini tidak ditemui kembali. Nama Batoe Goedik cuma jadi nama dari sebuah situs dan beralih menjadi Watugudig. Penyebutan ini diberi oleh warga karena beberapa tinggalan arkeologis yang berada di lokasi.
Berdasar ekskavasi yang sudah dilakukan BPCB (Balai Konservasi Cagar Budaya) Propinsi Wilayah Spesial Yogyakarta, tinggalan arkeologis yang berada di website ini ialah sebuah batur segi-empat.
Batur segi-empat itu mempunyai panjang ukuran 30 m, lebar 20 m dan tinggi 0,5 m. Batur itu mayoritas tersusun dari batu bata. Ukuran rerata batu bata pada batur itu ialah panjang 25 cm, lebar 20,5 cm dan tebal 6,5 cm. Di permukaan batur itu ada beberapa umpak dari batu andesit.
Umpak-umpak itu oleh warga di tempat disebutkan dengan Watugudig. Sementara penemuan arca yang dicatat oleh Ijzerman dan N.J Chrome ada di kantor BPCB DIY. Situs Watugudig sekarang ini memuat beberapa penemuan yang dari wilayah disekelilingnya.
Sahabat bisa berkunjung ke Situs Watu Gudig ini dengan menggunakan layanan Sewa Mobil Jogja Lepas Kunci dari kami Point Transport.